MUSIM KEMARAU : PELAJAR PURWAKARTA BAWA AIR DARI RUMAH UNTUK MENYIRAM

Indojabar News — Musim kemarau akan segera berakhir, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah merilis prediksi mengenai akhir musim kemarau di sebagaian besar wilayah di Indonesia.

Seperti di wartakan dalam laman BMKG di proyeksikan musim kemarau diperkirakan akan berakhir Oktober dan awal musim hujan akan secara perlahan dimulai pada awal November.

Dampak dari musim kemarau berkepanjangan, warga sekolah UPTD SDN 3 Tegalmunjul sampai hari ini krisis air. Ucap Ibu Guru SDN 3 Tegalmunjul (SC).

Kepala SDN 3 Tegalmunjul Nursa’adah mengatakan, dengan musim kemarau berkepanjangan, kami warga sekolah disini setiap hari memindahkan air dengan menggunakan ‘galon’ dari MCK umum ke sekolah untuk dipergunakan kebutuhan.

Alhamdulillah Peserta didik dari kelas 1 s/d kelas VI sudah memiliki Tatanen di Bale Atikan (TdBA) di depan kelasnya masing-masing dengan segala keterbatasan lahan.

“Peserta didik kami disini setiap hari membawa air dari rumahnya menggunakan botol untuk kebutuhan menyiram tanamannya masing-masing, mengingat musim kemarau berkepanjangan sehingga tidak mungkin hanya mengandalkan penjaga atau air hujan”.

Bercocok tanam di sekolah sebagai laboratorium pembelajaran bagi peserta didik, karena disekolah tidak ada air, jadi saya setiap hari ingatkan dan menyarankan agar bapak/ibu gurunya dan anak-anak membawa air dari rumah ke dalam botol untuk kebutuhan dan menyiram tanaman. Kata Nursa’adah

Menurutnya, setiap hari tanaman itu harus di siram, karena tanaman juga sama-sama mahluk hidup yang perlu ada perlakuan, di berikan nutrisi, makanan atau pupuk, Alhamdulillah meskipun sedikit pupuk yang di hasilkan produk SDN 3 Tegalmunjul, Kan kasian jika tidak di siram. Ucap Nursa’adah seraya mengingatkan kepada Peserta didik.

Sambung Nursa’adah Kepala SDN 3 Tegalmunjul itu mengatakan pihaknya memiliki peserta didik sebanyak 182 orang, Alhamdulillah hasil bercocok tanam sangat kami rasakan apalagi waktu kamren di musim hujan.

Dengan berkepanjangannya musim kemarau pihaknya mengalami krisis Air, buat apapun susah dan tidak memiliki cadangan air, maka harus dibutakan cadangan Air.

Tapi kalo musim hujan pun lahan sekolahnya dilanda banjir dan licin, Nursa’adah berharap ke depannya dengan segala keterbatasan, ingin membuat bioswale, untuk menyerap air hujan sehingga genangan berkurang, seperti yang sudah dijelaskan dalam program TdBA. Demikian Jelasnya.

Apa itu Bioswale ?

Berdasarkan dari berbagai sumber, Bioswale merupakan sistem yang dapat mengangkut limpasan air hujan dan dapat menyerap air serta meningkatkan kualitas air karena juga berfungsi sebagai penyaring polutan dan puing-puing dari limpasan air sebelum memasuki daerah aliran sungai atau saluran pembuang air.

Sebenarnya bioswale memiliki kemiripan dengan rain garden tetapi bioswale dirancang untuk dapat menampung lebih banyak air limpasan yang berasal dari lingkungan yang luas, seperti jalan atau tempat parkir.

Penggnaan bioswale sebaagi jalur hijau jalan (JHJ) dapat mempermudah perawatan vegetasi jalan karena secara alami menggunakan limpasan air hujan di lokasi perancang.

Fungsi Bioswale memungkin air hujan dapat langsung diterima oleh vegetasi dan diserap langsung ke dalam tanah yang juga dapat meningkatkan tinggi muka air tanah. Selain pengolahan air hujan, bioswale membantu mengurangi potensi banjir dan mengalihkan air hujan dari infrastruktur penting yang tidak boleh tergenang air. (Red).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
WhatsApp